Tugas kecil atau sepele memang bisa membuat kita terlena dan punya beribu alasan menunda mengerjakannya. Entah itu menjawab email, mengarsipkan invoice, atau sekedar mengosongkan tong sampah di bawah meja kerja.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut kadang tidak membutuhkan waktu yang lama, mungkin hanya 5 menit saja, Tapi entah, apa sebabnya, kita tetap saja menunda mengerjakan pekerjaan ringan tersebut.
Saat sadar, kita pun heran, mengapa kita menunda mengerjakan tugas-tugas yang ringan tersebut?
Dan alih-alih segera menyelesaikan, tanpa kita sadari juga, kita membuang waktu mencari alasan mengapa kita menunda dan malah lupa mengerjakan tugas-tugas ringan tersebut.
Sementara itu, tugas-tugas kecil itu perlahan-lahan menjadi besar dan akhirnya meninggalkan penyesalan dalam diri kita, “Kenapa sih, aku nggak kerjakan dari kemarin?“.
Dibalik alasan menunda mengerjakan tugas ringan atau sepele
Sangat mudah memahami mengapa kita menunda mengerjakan tugas/ project besar. Jenis pekerjaan ini biasanya memang menguras mental, dan membutuhkan banyak waktu juga energi.
Tapi di sisi lain, tugas kecil pun bisa punya potensi untuk kita tunda. Tidak karena tugas itu sepele, tapi bisa jadi karena tugas tersebut menimbulkan ketidaknyamanan, ketakutan, keraguan, atau perasaan tidak kompeten.
Misalnya, menunda menjawab email karena tidak tahu bagaimana menyusun kata untuk menolak penawaran, menunda mengarsipkan invoice karena pekerjaan tersebut membosankan, atau membuang sampah di bawah meja karena harus keluar rumah di udara yang panas.
“Akan selalu ada alasan menunda, dan alasan ini akan selalu masuk akal alias bisa dimaklumi.
-Darmawan Aji-
Meskipun banyak orang berpikir penundaan adalah karena ketidak mampuan mengatur waktu, tapi sesungguhnya alasan menunda muncul dari ketidak mampuan mengatur suasana hati (mood management).
Orang yang memiliki kebiasaan menunda, sebetulnya bukan orang yang malas atau tidak peduli dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Sebaliknya, seorang prokrastinator sebenarnya sangat kritis terhadap diri sendiri (self-critical) dan sangat khawatir tentang kebiasaan menundanya.
Kekhawatiran ini ada terus di dalam pikiran, menguras sumber daya kognitif, dan mengurangi kemampuan memecahkan masalah. Dan semakin mengkritik diri sendiri, mengapa tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas ringan tersebut.
Bagaimana berhenti membuat alasan menunda menyelesaikan tugas-tugas ringan?
Jadi, apa yang harus dilakukan agar kita tidak lagi membuat alasan menunda menyelesaikan tugas-tugas yang ringan atau sepele?
#1. Just do it
Timothy Pychyl, penulis buku “Solving the Procrastination Puzzle” berkata, jika motivasi seringkali mengikuti action. artinya saat alasan menunda muncul dalam benak kita, segera lakukan pekerjaan yang ingin kita tunda tersebut.
Dengan bersegera melakukan pekerjaan tersebut, artinya kita memindahkan perhatian dari emosi pada action yang sedang kita lakukan.
Apa yang disampaikan David Allen, penulis buku “Getting Things Done“, tentang aturan dua menit, juga bisa kita jadikan reminder. Dimana jika, “sebuah pekerjaan bisa dilakukan kurang dari 2 menit, maka waktu yang kita butuhkan untuk menambahkannya ke dalam to-do list, biasanya justru lebih lama dibanding waktu untuk menyelesaikannya.”
Jadi, dibandingkan menjadwalkan pekerjaan tersebut, lebih baik segera dilakukan saja.
#2. Gabungkan dengan tugas lain
Cara lain adalah dengan menggabungkan tugas kecil dengan tugas yang lain. Misalkan saat menyimak podcast, Sahabat Motiva bisa sambil melipat baju kering, mengosongkan keranjang sampah, dan lain sebagainya.
Cara ini tidak hanya membantu kita menghindari perasaan kehilangan waktu, tapi juga menggunakan stimulus eksternal untuk “menutup” alasan menunda mengerjakan tugas kecil yang kita hindari.
#3. Memperbaiki respon
Di atas Motiva telah sampaikan jika penundaan erat kaitannya dengan emosi diri. Dan ketika kita memiliki respon emosional terhadap sebuah tugas di masa lalu yang memicu penundaan, maka di masa kini pun kita akan cenderung menunda tugas tersebut.
Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menginstal atau me-reframe ulang ingatan kita akan tugas yang biasa kita tunda. Misalnya, melihat tugas menjawab email sebagai cara untuk belajar kemampuan komunikasi; bahwa keluar rumah untuk membuang sampah, tidak akan membuat kita berkeringat berlebih, dan lain sebagainya.
Mengganti respon kita terhadap sebuah tugas, akan mengurangi perasaan negatif terhadap tugas tersebut, sehingga kita tidak punya lagi alasan menunda mengerjakannya.
Hal lain yang juga akan membantu mengatasi penundaan yang sering kita lakukan adalah memaafkan diri sendiri dan menerima kondisi kita saat ini.
Seperti coach Darmawa Aji sering sampaikan, memaafkan diri sendiri aka. move on dari kebiasaan kita menunda.
Semoga tips di atas bermanfaat, ya. Selamat mencoba dan Salam Produktif!