Apa yang biasanya Sahabat lakukan jika kebiasaan baik yang sedang dibangun lewat satu hari? Merasa percuma, dan seolah seperti orang yang paling gagal sedunia?
Wajar kok, kalau merasa down. Apalagi kalau merasa kebiasaan yang sedang dibangun penting banget untuk keseharian Sahabat. Hati semakin galau saat ingat jargon “jika kebiasaan baik akan terbangun dalam 60 hari”. Aduh, jadi bagaimana dong, hari yang sudah lewat kemarin?
Tenang, coba ingat yang dikatakan Mr. James ini,
“Sisi gelap dari pemantauan perilaku tertentu adalah kita digerakkan oleh angka, bukan tujuan di balik angka itu.“
-James Clear-
Ketika kita terpaku hanya pada angka, maka kita akan melakukan apapun demi terwujudnya angka tersebut. Beda halnya ketika kita fokus membangun kebiasaan baik karena memang menginginkan perubahan gaya hidup.
“Pengukuran hanya berguna kalau menuntun Anda dan menambahkan konteks ke gambaran lebih besar, bukan ketika menyusahkan Anda,” lanjut James Clear dalam buku “Atomic Habits“.
Pada kenyataannya, membangun kebiasaan baik dengan sangat ekstrim, malah hanya akan menjadi bumerang; membuat kita susah memulai lagi, memunculkan self-talk negatif, atau mengkritik diri sendiri dengan sangat ekstrim.
Membangun kebiasaan baik, seharusnya tidak menjadi beban
Lingkungan dan sifat alami kita memang membuat manusia sering bertindak dengan ekstrim, all or nothing.
Nggak olah raga sehari, sama dengan gagal membangun identitas gaya hidup sehat.
Nggak nulis sehari, berarti bukan seorang penulis yang baik.
Negative self-talk biasanya menjadi pemicu kita untuk bersikap seperti di atas.
Okay, memang sudah dari sananya, otak kita sering menganalisa situasi dari sisi terburuk. Ini adalah mekanisme diri kita untuk bertahan. Tapi bukankah hidup kita tidak berakhir begitu saja, meski kita melewatkan satu hari, bukan? Tidak berarti, “jika kemarin kita terlalu sibuk untuk menulis, maka otomatis hari ini juga akan gagal menulis”, bukan?
Setiap hari, adalah hari baru. Kita perlu memaafkan diri sendiri, dan melihat hari ini sebagai kesempatan untuk memulai lagi. Ada banyak hal yang mungkin memaksa kita gagal membubuhkan checklist pada habit tracker; sakit misalnya, saudara yang tiba-tiba berkunjung, anak rewel terus-terusan minta digendong, dan masih banyak lagi.
Yang menjadi masalah adalah jika kebiasaan baik tersebut sengaja dihentikan menjadi dua hari, tiga hari, dan akhirnya tidak dilakukan sama sekali.
Tips memulai (lagi) kebiasaan baik
#1. Segera mulai lagi
Masih dalam buku “Atomic Habits” James Clear menulis,
“The First mistake is never ruins you. It is the spiral of repeated mistakes that follow. Missing once is an accident. Missing twice is the start of a new habit.”
-James Clear-
Kita semua bisa bertekad (dan berusaha keras untuk konsisten), tapi sekali lagi, tak ada seorangpun yang dapat menghindari kondisi darurat. Terputusnya kebiasaan baik bukan masalah, selama kita bisa segera kembali ke kebiasaan semula.
#2. Miliki setback plan
Teman-teman peserta kelas “27 Hari Mengubah Hidup” atau pemilik buku “Life by Design” tentu sudah mengenal tentang setback plan; sebuah rencana yang akan teman-teman lakukan jika proses menuju goals teman-teman mengalami gangguan.
Caranya mudah, cukup pikirkan apa yang menjadi penyebab kemunduran. Kemudian rencanakan apa yang akan teman-teman lakukan agar bisa segera kembali pada komitmen yang telah dibuat.
Contoh kemunduran:
Tidak menulis journal karena harus bekerja sampai malam.
Penyebab harus begadang: terdistraksi karena terlalu lama buka media sosial
Tindakan yang hendak dilakukan:
- Gunakan timer saat membuka media sosial
- Buka media sosial setelah menulis jurnal
Kembali pada kebiasaan baik yang sedang dibangun, memang akan terasa berat, apalagi karena kita sudah punya gambaran “betapa mudahnya kebiasaan itu dulu kita lakukan”.
Tapi jangan menyerah, berusahalah tetap melakukan, sekecil apapun itu. Meski dulu sanggup lari 10 Km,- dan sekarang 500 meter sudah terengah-engah,- tidak masalah, tetaplah berlari.
Meskipun hasilnya tidak maksimal, usaha latihan kita tersebut berfungsi untuk mempertahankan manfaat yang telah terkumpul dari latihan-latihan yang telah lalu.
Jadi, selamat memulai (lagi) membangun kebiasaan baiknya, ya.
Salam Produktif