“Ingin sukses? Maka konsisten lah.”
Kita sudah sering mendengar jika konsisten adalah kunci untuk banyak hal yang kita inginkan. Ingin punya rumah tanpa hutang? Konsisten lah dengan menabung dan jangan belanja melebihi budget. Ingin punya bentuk badan bagus? Konsisten lah melatih otot. Ingin bisnis segera dikenal? Konsisten lah membangun brand.
Kita semua sudah tahu, konsistensi memang jawaban untuk banyak mimpi dan goals kita. Tapi juga bukan hal yang rahasia jika, Konsisten itu susah!
Lucunya di saat yang sama, kita juga melihat ada banyak orang yang dengan mudahnya memulai project baru, konsisten menjalankan prosesnya; membuat jadwal, kemudian memenuhinya; bahkan memulai kebiasaan baru pun terlihat mudah untuk mereka.
Jadi apa yang salah dengan kita, mengapa susah sekali kita membangun konsistensi meski tahu manfaat dari sikap tersebut?
Mengapa konsisten itu sulit dilakukan?
Jika direnungkan, ada beberapa penyebab yang membuat kita sulit membangun konsistensi, diantaranya;
#1. Perfeksionis
Konsistensi terasa berat jika kita menginginkan proses yang kita jalani harus sempurna.
Seperti saat kita tidak bisa push up 10 kali selama satu minggu penuh, kita pun merasa menjadi orang yang gagal. Padahal konsistensi tidak seperti itu, kita tidak perlu mengerjakan semuanya dengan sempurna secara berulang-ulang. Bingkainya adalah bagaimana kita bergerak melakukan sesuatu sesuai dengan value yang kita pegang.
Kita melakukan push up, karena tahu kegiatan tersebut mampu menjaga kesehatan, performa sehari-hari, dan menguatkan otot kita. Jadi, meski sesekali hanya sanggup melakukan push up 8 kali dalam satu waktu, kita tetap menghargai proses dan usaha kita.
Dengan kata lain, konsistensi bukan harus semua sempurna, jika tidak sempurna, maka artinya “nol besar”(the all or nothing). Konsistensi adalah akumulasi dari apa yang kita lakukan dari waktu ke waktu.
Dalam buku “Atomic Habit“, James Clear menyebutkan jika pemantauan (tracker) kadang juga bisa “menyesatkan”. Karena pemantauan membuat kita terfokus pada angka, bukan tujuan di balik angka tersebut. Akibatnya, ketika rangkaian kegiatan terputus, kita akan susah melanjutkan kembali.
Solusi:
Mencoba untuk memikirkan kembali makna konsistensi akan membantu kita lebih mudah move on dari ketidak sempurnaan yang kita buat. Bagaimanapun, akan ada masa hidup kita terinterupsi oleh hal-hal yang ada di luar kendali kita. Kondisi badan yang tidak fit, kerabat yang ditimpa musibah dan membutuhkan kehadiran kita, dan lain sebagainya.
Mencoba berpikir melalui sudut pandang akumulatif akan sangat membantu kita berada di jalur konsistensi. Berapa banyak hari yang sudah disilang (tanda melakukan push up) meski sehari-hari sibuk dengan pekerjaan, tetap merupakan tanda konsisten.
#2. Terlalu fokus pada hasil daripada proses
Hasil dari upaya konsistensi biasanya tidak instan. Otot yang kuat berasal dari latihan selama beberapa bulan. Branding bisnis baru akan diperoleh setelah puluhan, bahkan mungkin ratusan post di media sosial.
Tidak berarti jika hasil itu tidak penting, tetapi jika terpaku pada hasil, semangat biasanya akan mudah kendor, tidak peduli seberapa menariknya hasil tersebut.
Bagaimanapun hasil yang baik biasanya memang ada “ongkosnya”, baik itu dalam bentuk waktu ataupun kerja keras. Tanpa proses tertentu, kebanyakan dari kita tidak dapat mempertahankan upaya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang kita inginkan.
Solusi:
Jika memang masih berusaha membangun konsistensi dan susah sekali mengabaikan keinginan untuk cepat memperoleh hasil, cobalah membagi target menjadi tujuan-tujuan kecil. Dengan cara ini, Sahabat bisa menciptakan kemenangan-kemenangan kecil yang akan menjadi pendorong untuk mempertahankan konsistensi.
#3. Distraksi/ gangguan
Mempertahankan fokus dan tidak menyerah pada gangguan yang datang di iklim modern ini memang tidak mudah.
Mendengar teman sukses di project A, hati pun tergoda. Mantan kolega datang dengan cerita kelas menuju sukses, ingin rasanya mencoba. Belum lagi godaan buku baru yang sedang trend, rugi rasanya kalau tidak ikut-ikut mengulas meski sadar tumpukan buku yang belum dibaca juga semakin tinggi.
Duh! Berat sekali ya, godaan hidup di jaman modern ini.
Ada hal yang perlu kita sadari, saat ada hal baru, ide dan motivasi bisa saja membanjiri kita. Sayangnya, bila kita tidak bisa mengendalikan diri, ide-ide baru itu akhirnya pun akan terlihat usang dan tak menarik lagi. Apalagi jika ada hal baru muncul, lagi-lagi tidak sabar memulai lagi hal yang lain.
Pada akhirnya, kita melabeli diri sebagai orang yang tidak pernah mampu menyelesaikan pekerjaan karena gagal bergerak maju pada tujuan yang kita buat sendiri.
Solusi:
Syukurlah, konsistensi bukanlah sikap bawaan sejak lahir, melainkan ketrampilan yang juga bisa kita pelajari.
Jadi, saat distraksi datang, baik itu berupa ide atau inspirasi baru, coba tanyakan pada diri sendiri
- “Apakah hal tersebut selaras dengan tujuan yang ingin diraih?”
- “Apakah aku bersedia melepaskan “biaya” (waktu, energi, juga uang) yang sudah aku keluarkan pada proses yang sedang aku lakukan?”
- “Jika dijalankan bersamaan, apakah aku masih punya waktu dan tenaga?”
Jika jawabannya adalah “tidak”, maka akan lebih tetap pada proses yang selama ini sudah dijalankan. Tunggu hingga membuahkan hasil, dan barulah bergerak untuk mencoba hal baru.
Cara lain untuk membangun konsistensi adalah dengan membangun rutinitas, membangun kebiasaan atau good habit untuk menguatkan willpower. Tentu saja, kebiasaan yang kita pilih pun perlu sejalan dengan tujuan yang sudah kita buat.
Sahabat Motiva bisa menemukan kebiasaan apa yang perlu dibangun untuk meraih tujuan hidup atau membangun konsistensi pada kelas “27 Hari Mengubah Hidup” yang akan hadir kembali pada akhir Mei 2022.
Dalam kelas ini Sahabat Motiva akan diajak bagaimana menentukan kebiasaan yang tepat, mengatasi hambatan dalam membangun konsistensi, juga belajar saling menguatkan bersama anggota kelas lainnya.
Saran terbaik Motiva, ajaklah kawan seperjuangan atau anggota komunitas yang Sahabat ikuti untuk menjawab setiap tantangan dalam kelas ini. Silahkan ikuti tautan di bawah untuk mendaftar atau hubungi nomor WA di bawah ini untuk penjelasan tentang isi kelas.
Contact person kelas “27 Mengubah Hidup” Indra Mulya: wa.me/62816995148