Salah satu resep paling ampuh untuk mengatasi kebiasaan menunda adalah mengetahui penyebab prokrastinasi itu sendiri.
Motivans tentu sudah hapal, apa saja yang bisa penyebab prokrastinasi. Dan sudah bukan rahasia lagi, jika kebiasaan menunda atau prokrastinasi ini, biasa terjadi pada banyak orang. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, penelitian Howe Cher Wan, menunjukkan prokrastinasi juga bisa terjadi di lingkungan kerja. Lebih buruk lagi, kebiasaan ini tidak hanya dialami oleh karyawan, tapi juga dialami oleh para manager.
Fakta prokrastinasi di lingkungan kerja
Meskipun prokrastinasi dapat terjadi pada siapapun, penelitian Correy A Hammer dan Joseph Ferrri di tahun 1996 menunjukkan jika pekerja kerah putih lebih banyak memiliki kecenderungan menunda dibanding para pekerja kerah biru.
Kategori pekerjaan juga bisa menjadi penyebab prokrastinasi. Sulitnya jenis pekerjaan paralegal, adminitrator sistem komputer, dan sales representatif bisa menjadi penyebab prokrastinasi. Sementara prokrastinasi tingkat menengah banyak terjadi pada pekerja kreatif, pengacara, fotografer, hingga manager operasionla. Dan mereka yang berprofesi sebagai pustakawan, chief executive, dan lending officer memiliki tingkat penundaan yang paling rendah.
Memang benar, kecenderungan prokrastinasi pada karyawan juga dipengaruhi oleh kebiasaan individu, tapi perlu disadari jika kecenderungan prokrastinasi bisa dialami oleh siapa saja, dan tentu saja terjadi pada lintas profesi.
Poin pentingnya adalah, kita menyadari kapan prokrastinasi ini datang, apa pemicunya, dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi penundaan tersebut.
Bentuk dan penyebab penundaan di tempat kerja
Wujud penundaan pada lingkungan kerja
Motivans tentu tahu, prokrastinasi adalah gejala ketidaknyamanan emosional, bukan tanda kemalasan. Ini merupakan cara otak untuk memberitahu bahwa ada kenyamanan yang hilang dari diri kita.
Penundaan di tempat kerja bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari menonton video lucu di jam kerja, browsing e-commerce, memperpanjang waktu istirahat, atau sekedar bergosip.
Penundaan di tempat kerja tidak selalu dalam bentuk tidak mengerjakan pekerjaan utama, tapi juga dapat berbentuk
- Mengerjakan hal tidak penting (remeh) sebagai cara untuk melarikan diri dan mengurangi rasa bersalah karena tidak bersegera mengerjakan tugas
- Mengerjakan tugas lebih lama dibanding waktu yang seharusnya
Secara keseluruhan kebiasaan menunda di tempat kerja lebih banyak terjadi karena kelelahan dan rasa cemas yang berlebih besar dibanding motivasi dan kendali diri.
Memahami penyebab penundaan akan membantu kita mengatasi masalah penundaan termasuk penundaan yang terjadi pada anggota tim atau diri kita sebagai karyawan.
Beberapa penyebab prokrastinasi di lingkungan kerja adalah
- Goals yang tidak jelas; misalkan menentukan apa yang harus dikerjakan dan kapan hendak dikerjakan
- Merasa kewalahan, misalkan project yang dibebankan terasa berat
- Perfeksionis, penundaan ini muncul jika karyawan ingin menghasilkan pekerjaan tanpa ada kesalahan atau kekurangan
- Takut gagal atau takut salah; yang biasanya akan muncul ketika karyawan tidak ingin citra mereka dalam pekerjaan turun
- Lelah mental atau fisik, misalnya karena kurang tidur, kewajiban lembur terus-menerus atau malah lembur dalam kurun waktu yang lama
- Merasa tidak suka atau kurang cocok dengan pekerjaannya
- Kurangnya dukungan, merasa tidak punya tujuan atau tempat bertanya jika ada masalah yang timbul
- Lingkungan kerja yang bermasalah, seperti budaya kantor yang kurang sehat, bekerja dalam lingkungan suara yang berisik.
Kebiasaan menunda di tempat kerja bisa beraneka makan bentuk dan penyebabnya. Artinya, meski pekerjaannya sama, bisa jadi bentuk dan penyebab prokrastinasi yang terjadi berbeda. Atau malah, pekerjaan dan orang yang mengerjakan sama, tapi bisa jadi level prokrastinasi dan waktu penundaan terjadi akan berbeda.
Ini artinya, prokrastinasi sebetulnya bersifat umum, tapi dapat menjadi masalah yang bagi banyak orang. Karena itu akan lebih baik jika dapat mengenali kapan kecenderungan ini datang, sekaligus telah memiliki sistem tepat untuk mengatasinya.
